Minggu, 31 Juli 2011

Menjadi Teladan

Ibadah Gabungan PAR GKI Mimika, 31 Juli diadakan di Jemaat Solafide Mapuru Jaya. Lebih dari lima ratusan  anak dan pengasuh memenuhi gedung. Pengasuh setempat harus menambah extra bangku, namun masih ada yang berdiri dan duduk di lantai. Alatar Kiri - kanan mimbar. Sementara di luar gereja pun nampak ada yang berdiri dan duduk. 

Hari itu banyak  remaja hadir dibanding bulan sebelumnya. Sekitar 8 bus besar dan 2 Mini bus dipakai antar jemput.  
Lituri dibawakan oleh ka Sela dari  Syallom Amungsa. Sementara  Firman Tuhan disampaikan oleh koordinator Par Tingkat Klasis sdr. Johan Gandegoay

Siapa mencintai didikan,mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran adalah dungu. Amzal 12:1
Jangan menyebut nama Tuhan Allah mu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama Nya dengan sembarangan.  Ulangan 5 : 5
Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih ? 
Dengan menjaganya sesuai dengan firman Nya.Mazmur 119 : 9  
merupakan adalah ayat-ayat  firman Tuhan yang mendasari refleksi siang itu.


Banyak anak Tuhan dewasa ini, entah sadar atau tidak dalam pergaulan maupun kehidupan sehari-hari sering mengucapkan kata-kata kotor, makian,sumpah serapah, bahkan tak jarang  dalam kelakar atau sendagurau dengan berani mengucapkan Nama Tuhan, membuat lelucon (Mob) parahnya mereka tidak merasa bersalah. Dalam Alkitab, Tuhan melarang keras kita  menggunakan nama Nya sembarangan. Karena Nama Nya Kudus. 
Nama Tuhan tak boleh dijadikan lelucon,dipermainkan atu menyebutnya tanpa tujuan, alias asal bunyi. Hanya dipakai untuk kemuliaan Nya.


Kalau saja nama mu menjadi pembicaraan orang atau dipermainkan .....! pasti kamu akan marah, tersinggung end so on lah..!. Lain hal nya jika pembicaraan itu baik.. karena perbuatan  baik atau tingkah laku  yang sopan dan santun, atau mungkin juga karena prestasi mu yang hebat sehingga kamu menjadi buah bibir  banyak orang...pasti kamu, bahkan orang tua mu  sangat bangga kan ..!   


Nah, hal seperti ini juga terjadi di kota Unggas Politan,! sekarang banyak burung-burung dewasa tidak menjadi teladan bagi anak-anak mereka. Saya juga heran..! ada apa dengan pak pelatuk   yang selalu mengucapkan sumpah serapah, makian, kata-kata kotor. heran nya, lengkingan suaranya bisa terdengar hingga dua, tiga lima pohon dari  sarang  nya dalam pohon besar itu... .
dan terus terang membuat saya semakin pusing tujuh keliling...sebab banyak juga anak-anak burung yang mulai ikut-ikutan seperti burung-burung dewasa lain nya.


Namun syukur atas peristiwa siang itu, jika tidak,  mungkin saja  pak pelatuk tak pernah sadar akan  kebiasaan mengoceh dan melontarkan kata-kata kotor.


Beginilah ceitera singkat nya.  
Suatu siang pak  pelatuk sedang  membuat lubang sarangnya pada sebuah pohon, tepat di bawah sebuah cabang  besar yang menjorok ke luar.  Tiba-tiba suaranya melengking  kuat sekali sehingga hampir seperempat kota unggas dapat mendengarnya dengar jelas. ia juga mengeluarkan kata-kata kotor dalam bahasa unggas. Kalau saya artikan itu adalah makian, sumpah...dan banyak deh...
saya tak ingin menyebutkan langsung pasti kamu ngerti kan  yang saya maksudkan?  
Penyebabnya adalah,  pak pelatuk salah mematuk jarinya hingga luka dan berdarah. Selama tidak mengisap jarinya, pasti kata-kata itu..berhamburan keluar dari paroh nya seperti  senjata api memuntahkan banyak peluru. Parahnya ia tidak menyadarinya,dianggapnyalah kata-kata itu biasa.


Dua hari kemudian, pak  pelatuk sedang menyelesaikan sarangnya. Dan tiba-tiba ia mendengar lengkingan suara  dari bawa pohon jauh di bawah  sana.  yang artinyta sama persis seperti kata-kata nya waktu lalu.


Bukan main kagetnya.., mendegar kata-kata itu. Secepat kilat ia meninggalkan pekerjaannya mendarat disamping sumber suara tersebut. Ternyata anak nya sendiri sedang bermain  dengan anak tetangganya yaitu si pip.. pipit. yang berebutan seekor belalang.


" Anak-anak, mengapa kalian bisa mengucapkan kata-kata kotor  tadi ? Siapa yang mengajarkan kamu..?" kata pak pelatuk, berpura-pura  ramah. 


Kedua burung muda tersebut diam sejenak. Doni anaknya sendiri  takut. dan malu.." lalu. si pip memberanikan diri" katanya, "beberapa hari lalu, ketika sedang bermain kami dengar  om juga mengucapkan kata-kata itu, waktu itu tangan om terluka"


Mendengar penjelasan si pipit, Pak tua itu bagai melihat  wajahnya dicermin. ia baru menyadari rupanya apa yang dilakukan nya selama ini, entah sadar atau tidak, telah menjadi contoh bagi anak-anak unggas. ....
Kemudian dengan mesra ia merangkul kedua burung muda itu. dan sejak itu. pak Pelatuk selalu menjaga tutur kata dan tingkah laku nya.


Sobat-sobit pengasuh dan remaja, marilah kita menjaga ucapan kita, tutur kata bahkan kebiasaan kita yang tidak baik. Karena kita adalah Kitab injil yang terbuka, dapat dilihat , dibaca tiap saat oleh siapa saja.Apa yang kita lakukan harus lah memulaikan  Tuhan. Ingat bukankah kita ini diciptakan segambar dengan Allah? sehingga kita harus menunjukkan citra Allah kepada banyak orang...
demikian Firman cerita yang disampaikan  oleh Ka Johan siang itu. dengan gayanya  yang membuat semua perhatian tertuju pada kisah Ungas politan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar