Jumat, 18 Maret 2011

Mengapa remaja tidak ke Sekolah Minggu ?


Tanah Papua di buka oleh Firman dan untuk Kemuliaan TUHAN
Sejarah perkabaran Injil dan tugas pelayanan yang dilakukan sebagai Manifestasi kehadiran dan Pekerjaan Tuhan melalui Injil. Pembangunan Wilayah dan masyarakat di tanah ini dimulai oleh Gereja, sejak 5  Februari 1855. Manusia sebagai sentral dalam seluruh program pelayanan. Gereja menjalankan Tugas dan Amanat dari Tuhan. Namun mengapa  masih banyak pelayan yang kurang peka terhadap   TRI PANGGILAN GERAJA (Bersaksi, Bersekutu dan Melayani). Banyak tenaga dan pikiran terkuras namun tidak menempatkan Manusia sebagai sentral pelayanannya. akan tetapi   bagaimana memperoleh dana yang selalu dijadikan patokan keberhasilan pelayanannya. ?
Sementara pendidikan  kerohanian bagi remaja kurang  perhatian. Waktu belajar di sekolah Minggu sangat terbatas. Kurangnya fasilitas dan kemampuan pengasuh serta  minimnya perhatian Majelis Jemaat  membuat sekolah minggu menjadi tempat yang tidak lagi menarik bagi beberapa remaja dan juga pengasuh, muaranya mereka memilih berdiam di rumah atau menghabiskan waktunya (hari Minggu) di depan TV dari pada ke persekutuan. Kurangnya perhatian dari orang tua juga turut melengkapi penderitaan generasi ini .  Sekolah Minggu dan Gereja merupakan bagian yang tak terpisahkan, karena melalui sekolah minggu anak – anak dibina dan diajarkan tentang  Pengenalan dan Iman kepada Tuhan Yesus Juru Selamatnya. Dalam perkembangan Pelayanannya sering ada pembatasan yang tanpa disadari. Masih  banyak pelayan jemaat  lebih mementingkan Pelayanan orang dewasa dari pada Pelayanan anak atau sekolah minggu.  Maka hubungan antara gereja dan sekolah minggu merupakan suatu relasi integral.  Sekolah Minggu adalah wadah  bagi Proses belajar  mengajar  tentang pengajaran Kristen yang terjadi antara pengasuh dan anak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar